Bagaimana Hukum ASUransi dilihat dari Islam?

Hukum asuransi menurut Islam
Halalkah asuransi itu? FOTO: Fanspage Riba Crisis Center

#PengusahaTanpaRIBA

Nah, berikut Cuplikan seminar asuransi tanggal 25 Juni 2016 di Semarang (2)
Bu Imah, adalah agen asuransi syariah yang "murni syariah" (berdiri sendiri, tidak ada induk konvensionalnya)

Baca juga:
> Haruskah Sarjana me-Nganggur?

> Bagaimana Hukum jual beli secara Kredit?

Hukum asuransi menurut Islam
Bu Imah, agen Asuransi syariah. FOTO: Fanspage Riba Crisis Center

Beliau termasuk agen berbakat dimana kalau closing hampir 95% selalu deal. Kemampuannya meyakinkan orang untuk ikut asuransi syariah dilandasi prinsip beliau saat itu:

-bahwa asuransi itu penting bingit,
-bahwa yang gak mau asuransi itu hanya orang kuno, kolot, ndeso, kampungan bin gak modern,
-bahwa asuransi yang ia tawarkan tidak mengandung ghoror, judi, riba dan hal2 yang dilarang Islam.

Lazimnya agen asuransi syariah, ayat yang dipakai untuk meyakinkan calon nasabah adalah surat An Nisa ayat 9:

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya......."

dan surat Al Hasr ayat 18:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok....."

Selain kepercayaan diri yang tinggi (akan penting dan halalnya produk yang ditawarkan), bu Imah juga sangat total dalam memberi pelayanan pada nasabahnya.

"Agen yang baik itu pelayanannya seumur hidup. Jadi saya dan nasabah saya sudah akrab seperti saudara. Dalam menerangkan program pun saya sangat detail. Saya pastikan nasabah saya paham akad-akad, hak dan kewajibannya agar tidak kecewa dikemudian hari", demikian penjelasan bu Imah.

Dalam perjalanannya, bu Imah tidak perlu lagi susah payah cari nasabah. Karena service nya yang memuaskan, banyak calon nasabah hasil getok tular (mulut ke mulut) yang menghubungi beliau.

"Saya selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan kerja cepat agar nasabah puas dengan kinerja saya. Kalau ada nasabah yang minta dibuatkan perencanaan keuangan, saya jago. Misal ngitung rencana pendidikan. Pengennya anak sekolah dimana, sampai ke jenjang apa, dan kira2 sebulan musti nabung berapa, itu saya cepet, mbak", lanjut bu Imah.

Bu Imah tambah bangga saat ada seorang istri dari almarhum nasabahnya berkata: "Wah, mbak, untuuung suamiku ikut asuransi. Njenengan kok waktu itu pinter banget tho ngajak asuransi. Coba kalo gak ikut asuransi, gimana masa depan kami".

Bu Imah semakin yakin kalau telah berada di jalan yang benar. Belum lagi doktrin dari trainer/pakar asuransi bahwa agen asuransi adalah manusia setengah malaikat (maksudnya banyak kebaikan alias menolong orang).

Karena prestasinya beliau terpilih jadi best agent se-kota Semarang. Beliaupun dipromosikan menjadi leader. Sungguh saat itu bu Imah bahagia. Sukses seolah didepan mata. Dari yang sebelumnya gak punya apa-apa, sekarang mampu beli rumah sederhana dan mampu beli kendaraan bermotor. Nanti jika jadi leader, tambah bagus nih keuangannya, tambah sejahtera hidupnya. Bu Imah sumringah.

Sampai suatu hari beliau bertemu dengan seorang kenalannya. "Wah, kakak saya juga dulu di asuransi. Sama kayak njenengan, sudah jadi leader malahan. Tapi pilih keluar", kata kenalannya.

"Lho, kenapa kok keluar?", tanya bu Imah.

"Ya karena ikut ngaji jadi sudah paham ilmunya", jawab kenalannya.

"Sekarang kerjanya apa?", tanya bu Imah lagi.

"Jual gorengan", jawabnya.

"Hah?? Bodo amat seh. Nglepas karir trus jadi tukang gorengan. Ini pasti ngajinya di ustad ndeso nan kolot, yang gak kenal mulianya asuransi", batin bu Imah.

Bu Imah melanjutkan pekerjaannya, mengabaikan percakapan tersebut.

Tapi entah kenapa kok batinnya terusik. Kayak gak tenang gitu.
Terbayang kakak kenalannya itu menghidupi lima anaknya dengan jualan gorengan. Kok rasanya gak masuk akal. Apa sih yang membuat orang dengan posisi bagus rela bersusah payah jual gorengan?

Di lain hari bu Imah bertemu dengan seorang motivator yang trendy penampilannya, modern dan rapi.

"Wah, orang berwawasan dan stylis gini pasti ikut asuransi dong", batinnya.

Ternyata ia salah. Sang motivator tidak ikut asuransi. Katanya lebih milih nabung sendiri daripada ikut asuransi.

Bu Imah kaget.

Dan seolah kebetulan, bu Imah dipertemukan dengan beberapa "orang modern" yang gak ikut asuransi!

Wah..beliau cukup shock. Image "hanya orang kampung yang gak punya asuransi" mendadak luntur.

Belum lagi saat akhirnya beliau masuk ke manajemen perusahaan, beliau menemui hal-hal yang mengganjal di hati.

Maka demi menjawab gundah batinnya, bu Imah bertekad mendatangi 10 ustad. Beliau catat 10 nama ustad dari yang "ndeso" sampai yang "modern" (biar adil dan berimbang input ilmunya).

Beliau ingin bertanya tentang hukum asuransi demi menyudahi kegalauannya. Maksudnya supaya habis ini bisa kerja dengan tenang.

Harapannya sang ustad akan bilang, "Oo..gak papa kamu kerja disitu. Halal itu. Kan syariah. Bermanfaat bagi orang banyak pula".

Sayangnya harapan tersebut pupus di ustad modern pertama yang ditemuinya. Beliau langsung merasa tertampar dengan ditunjukkannya surat Annisa ayat 9.

Iya benar, ayat itu bu Imah suangat hafal. Kan itu "modal kerjanya".

Namun betapa terperangah ia saat menyadari bahwa selama ini ia tidak pernah memperhatikan titik-titik di ayat tersebut!

(Ayo buka Al Qur'an nya)

Ayat yang ia gaungkan ke calon nasabah selalu berhenti di bagian "(kesejahteraan)nya". Ia tidak pernah membaca sambungannya "Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah...".

"Ayat ini fokusnya pada kalimat takwa, bu", demikian penjelasan sang ustad. Bahwa 'keturunan yang lemah' pada ayat tersebut merujuk pada lemah iman, bukan lemah harta.

Deg!! Iya juga ya. Al Quran ini pedoman dunia akhirat. Jadi konteksnya tentu tidak melulu dunia, akhirat lebih utama.

Eits, masih ada surat Al Hasr. Itukan ngomongin hari esok, masa depan, berarti ngomongin soal tabungan dong. Sret sret sret...buka surat 59.

Tapi lagi-lagi setelah "hari esok", sambungannya adalah "dan BERTAKWALAH kepada Allah.."

Waduh....
Bu Imah pantang menyerah. Di daftarnya masih ada 9 nama ustad lain.

Namun baru sampai ustad ke 7 beliau berhenti. 70% sudah terlampaui dari targetnya dan beliau ternyata mendapati info yang sama.

"Semuanya bilang kalau asuransi telah membuat orang memiliki tuhan baru. Dimana saat musibah melanda, merasa bahwa asuransi jadi dewa penolong. Seolah tanpa asuransi masa depan keluarga suram. Lalu dimana peran Allah? Gimana esensi kalimat Taqwa?", kata bu Imah.

Beliau sangat menyesal. Berapa banyak nasabah yang sudah dibelokkan aqidahnya?

Padahal jelas-jelas Allahus-shomad→ Allah tempat bergantung.
LALU,

Apa gak boleh kita berikhtiar?
Tentu saja boleh. Tapiii..ikhtiarnya harus sesuai aturan Allah donk. Jangan yang melanggar.

Dimana pelanggarannya? Ini syariah lho!
Coba dijawab pertanyaan sederhana ini: asuransi syariah tersebut sifatnya sosial (non profit) atau bisnis (profit)?

Jawabnya jelas: PROFIT.

Apa nasabah mau ikut kalau premi yang didapat sesuai dengan uang setoran bulanannya? Misal perbulan bayar 100ribu. Jadi 10tahun dapetnya 100rb×12bulan×10tahun=12juta.

Ya mending nabung sendiri, bisa diambil sewaktu-waktu dan gak kepotong biaya pengelolaan. Iya kan?

Nasabah ikut karena ada iming-iming mendapat pengembalian yang lebih besar dari setorannya.
→Profit.

Dari sisi si agen, apakah si agen tidak kecewa kalo gak closing?
Ada gitu agen asuransi syariah yang santai-santai aja gak kejar closing?

"Ah, yang penting saya sudah ngajak mereka bersedekah, tolong menolong. Minimal dapet pahala dakwah". Ada??

No closing=no komisi.
→Profit.

Pertanyaan selanjutnya: jika ini bisnis/jual beli, yang dijual apa?
Jawabnya: manfaat.

Kapan dapetnya? Enggak tau, enggak jelas (bisa cepet bisa lambat)
Berapa dapetnya? Enggak tau, enggak jelas (bisa dikit bisa banyak)

KEJAMNYA ASURANSI
Pengakuan mereka yang sudah ikut ASUransi. Screenshot facebook


Benar bahwa dalam asuransi syariah prinsipnya ta'awun alias tolong menolong.

Bu Imah pun menerangkan bahwa disini nasabah bersedekah untuk menolong orang lain yang sedang terkena musibah.

Namun adakah asuransi syariah yang hanya ta'awun? Enggak ada. Pasti ada tabungan atau investasi yang mengikuti akad ta'awun.

Kalo gak ada tabungan atau investasinya (hanya sedekah), apakah orang mau ikut?

Maka jelas sudah bahwa baik peserta maupun perusahaan asuransi mencari profit, bukan murni sosial.

Tips dari bu Imah untuk yang mau asuransi murni syariah:

-jika tiap bulan Anda bayar premi kesehatan 300ribu, tetaplah sisihkan 300ribu tersebut lalu tiap bulan sumbangkan pada orang yang sakit atau ga mampu bayar rumah sakit.

-jika tiap tahun Anda bayar premi pendidikan sebesar 5juta, tetaplah alokasikan dana 5 juta tersebut lalu tiap tahun sumbangkan pada anak yang gak bisa sekolah atau pada anak miskin yang berprestasi.

Dengan demikian Anda telah berasuransi pada Allah SWT. Lebih berkah (bebas riba, ghoror, dll) dan gak mungkin rugi.

*--------------------------------------*
Siapa menabur, dia menuai.

Bu Imah juga ada menceritakan tentang seseorang yang ber-asuransi ke Allah, dan juga sikap yang beliau ambil terhadap para mantan nasabahnya.

Nah untuk lebih jelasnya tentang Hukum Asuransi silahkan monggo lihat video berikut ini:



Dikutip dari:
https://www.facebook.com/CrisisRIBA/photos/a.1560251974187663.1073741828.1490287507850777/1777491259130399/?type=3&theater

#InspirasiKita #BisnisTanpaRIBA #BisnisTanpaHUTANG #SAG #Khasanah #Islam
#KabarNGAWI #RadarDJowo


_____
#ADV
Monggo yang pengen buka Usaha Bisnis Pulsa, modal minimal hanya 50ribu. Pasti Untung!
Daftar: Nama#Kota#NoHP ke 0822-1095-0849
Syarat dan Ketentuan silahkan  Klik DISINI

Supported by  CV HAND CELL

Subscribe to receive free email updates: